Memahami Al-Qur’an, teks yang berisi firman Allah, tak jarang memerlukan sebuah tafsir. Melalui tafsir kita mampu memahami apa yang dimaksud Allah dalam firman-Nya itu. Tak hairan jika di kalangan umat Islam muncul ahli-ahli tafsir dengan beragam karyanya. Melalui karya para ahli tafsir al-Quran masyarakat awam mampu memahami isi Al-Qur’an.
Salah satu ahli tafsir yang sangat berjasa ialah Ibnu Jarir al-Thabari. Nama lengkapnya ialah Abu Ja’far Muhammad bin Jarir bin Yazid bin Katsir bin Ghalib al-Thabari. Ia lahir di Thabaristan, daerah pegunungan Parsi pada 224 H.
Kecermelangan akal al-Thabari tercermin dari kegemarannya terhadap ilmu sejak ia masih belia. Pada saat berusia 8 tahun, ia sudah diberi kepercayaan menjadi imam bagi orang-orang dewasa. Bahkan, setahun kemudian ia menuliskan banyak hadits.
Ketika beranjak dewasa, rasa dahaganya akan ilmu telah menghantar al-Thabari pada jalan pengembaraan ke berbagai kota pusat ilmu. Ia mengembara ke Baghdad, Wasit, Bashra, Kufah, Fustat, Syria, dan Mesir.
Di setiap kota yang disinggahinya ia belajar ilmu dari ulama-ulama besar dalam bidangnya. Dalam bidang hadits, ia belajar dari ulama besar hadits, Muhammad bin Humaid ar-Razi. Dari gurunya itu, Thabari mampu menulis lebih dari 100 ribu hadits. Ia juga dapat menuliskan jumlah hadits yang sama dari guru lainnya, Abu Kuwait.
Perintis Sejarah Islam
Dalam bidang sejarah, ia tercatat sebagai perintis sejarah Islam. Ia mendapatkan gelar “ Bapa Sejarah Islam ” karena jasanya meretas jalan di bidang kajian itu. Ilmunya dalam bidang ini pun berhasil diabadikan dalam sebuah karyanya yang agung berjudul: Tarikhul Umam wal Muluk, ( Sejarah Umat-umat dan Para Rajanya ).